Saya membuat artikel ini tidak bermaksud memprovokasi atau membuat kekeruhan di tengah ketegangan kedua negara, saya hanya membuat sebuah wacana dan pemikiran saja. Hubungan Malaysia dan Indonesia memang dikatakan tidak pernah harmonis. Selalu saja muncul masalah dari mulai urusan tenaga kerja, budaya hingga masalah kepemilikian pulau Sipadan dan Ligitan.
Sebenarnya secara negara berdaulat, Malaysia itu mirip dengan Rezim Orba semua dikendalikan oleh satu orang yang saat ini “masih berkuasa”. Coba saja tengok media di Malaysia dimiliki dan dikendalikan pemerintah, segala pemberitaan yang akan menggoyang kesatuan negara akan diblokade. Anda masih ingat kisah haru-birunya Manohara? ketika semua media Indonesia melansir kisah memilukan itu tak secuil beritapun muncul di koran-koran Malaysia sehingga warga Malaysia tidak tahu-menahu soal berita Manohara. Pemerintah tahu, berita tersebut yang akan menggoyang kedaulatan Negeri Kelantan sebagai calon Yang dipertuan Agong Malaysia periode berikutnya. Dari sisi budaya, Malaysia tidak punya kebudayaan asli selain Melayu, Borneo dan etnis lain seperti Cina, dan India. Adapun batik, Reog Ponorogo, Keroncong, Angklung sengaja dibudidayakan dari benih yang dibawa dari negeri jirannya yaitu Indonesia. Dan untuk memperkuat kredibilitas Malaysia di mata dunia, budaya-budaya tersebut cepat-cepat didaftarkan di PBB sebagai budaya asli Malaysia. Harus diakui untuk hal ini Malaysia selalu berfikiran kedepan, pada saat Indonesia masih memikirkannya Malaysia sudah bertindak.
Jika dilihat dari populasi, total penduduk Malaysia tidak lebih dari penduduk Jakarta, jika Indonesia sudah mencapai 250 juta, penduduk Malaysia tidak kurang dari 10%-nya. Perekonomian Malaysia mayoritas dilakukan oleh etnis cina meski mereka tetap dikendalikan Pemerintah. Siapapun pengusaha yang memberikan kontribusi kepada Negara akan diberi gelar Datuk kemudian Tenku dan gelar paling tinggi adalah Tun. Ingat Tony Fenandes adalah warga negara keturunan India biasa sebelum membeli dan membangun Air Asia. Sekarang didepan nama Tony diberi gelar Datok Tony Fernandes.
Bohong saja jika di Malaysia tidak ada korupsi, kaki tangan penguasa Malaysia juga seperti Rezim Soeharto menimbun harta seperti koruptor-koruptor kita. Cuma mereka lebih dahulu mementingkan kepentingan negara dulu baru kemudian kepentingan sendiri, nggak seperti di Indonesia seorang Gayus saja punya harta sampai 104 Milyar, dia dan kroni-kroninya mana pernah memikirkan kepetingan negara. Negara Malaysia ‘terlihat’ sangat aman, tentram dan maju, itu semua karena negara dikendalikan Pemerintah. Ada satu saja pembangkang macam Anwar Ibrahim akan dibungkam habis! Persis ketika Indonesia dalam Rezim Orba, semua ‘terlihat’ aman, tentram dan makmur padahal lawan politik dibungkam, tidak ada kebebasan pers bahkan tahun 1980an untuk membersihkan sampah masyarakat seperti preman ada istilahnya ‘Petrus” alias penembak misterius.
Ingat, Indonesia bekas jajahan Belanda yang bukan saja Belanda menyedot kekayaan Indonesia selama 350 tahun tapi melemahkan mental Indonesia menjadi negara bermental budak, buktinya dengan sukarela Indonesia diberi label ‘Negeri Indon’ alias negeri budak karena salah satu keberhasilan Malaysia adalah membeli budak belian dari kita yang dikenal dengan sebutan TKI/TKW. Malaysia lupa tanpa 2.2 juta lebih TKI/TKW asal Indonesia negaranya tidak akan semaju sekarang. Siapa yang akan mengisi tenaga di sektor non formal seperti kuli bangunan atau siapa yang mengurus anak-anak dan rumah tangganya kalau bukan tenaga kerja kita ? Dan Malaysia berhasil mendidik warganya untuk menjadi ‘superior’ dan bermental ‘tuan’ padahal saya ingat ketika Malaysia merazai dan memulang TKI illegal, pembangunan gedung-gedung tinggi di KL mendadak berhenti karena pekerjanya banyak dipulangkan ke Indonesia, termasuk Berjaya Tower yang saya lihat disebelah hotel yang biasa saya tinggal. Kuala Lumpur yang tadinya hiruk-pikuk oleh pembangunan mendadak sepi pembangunan.
Hentikan pengiriman TKI/TKW ke Malaysia alihkan ke Hongkong, Arab Saudi dan blokir pengiriman TKI gelap yang umumya didanai cukong-cukong Malaysia! Pulangkan semua TKI/TKW legal ke Indonesia! Saya yakin pembangunan dan perekonomian Malaysia berhenti setidaknya hingga 30%. Saya dengar masuknya TKI illegal juga sebenarnya didanai oleh cukong-cukong Malaysia, mereka dibiarkan masuk ke Malaysia bekerja di sector non-formal seperti kuli bangunan dan perkebunan kelapa sawit, dan liciknya ‘tuan-tuan’ itu menjelang pekerjaannya selesai, mereka dilaporkan Polis Malaysia sehingga para TKI gelap itu dikejar-kejar polisi tanpa sempat mengambil upah terakhirnya. Sungguh tragis!
Malaysia adalah salah satu Negara bekas Jajahan Inggris, meskipun penjajah tetaplah penjajah berbeda dengan Belanda yan menyedot kita sampai ke tulang sumsum, Inggris selalu membuat negara persemakmurannya (istilah lain dari negara jajahan) makmur sepeninggalannya. Memang betul Malaysia mendapat hadiah kemerdekaan atas Inggris bukan dengan cara patriotik seperti Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. Namun yang positif dari Malaysia adalah negara itu jauh lebih maju dari Indonesia. Banyak produk yang diekspor dari Malaysia ke negara lain seperti Vincci (produk yang saya bawa ke Indonesia), Nose, restauran asal Malaysia bertebaran di kota-kota besar Indonesia. Bahkan perancang sepatu asal Malaysia, Jimmy Choo sangat dikenal di dunia fashion International, belum lagi model atas Malaysia, Amber Chia dan Michelle Yeoh aktris kelahiran Malaysia yang sekarang berkiprah di Hollywood. Pengusaha-pengusaha Malaysia lebih punya keberanian berekspansi ke Indonesia dimana pasarnya sangat besar dibanding Malaysia sendiri. Padahal Indonesia sangat berpotensi membawa brand asli Indonesia ke Malaysia selain restoran Padang seperti Sari Ratu yang telah memiliki 20 cabang di seantero Malaysia atau Natrabu restoran padang favorit Mahathir Muhamad, Es Teller 77 dan Sushi Groove pun sudah banyak di Malaysia. Coba anda mampir ke House Sundanesse Food di lantai 4 KLCC selalu penuh pengunjung di jam siang dan malam. Yang pantas ditiru adalah brand donut asli Indonesia J Co yang antrian masih mengular hingga saat ini di toko pertamanya di KL Pavillion disusul outlet-outletnya di Giant Kota Damansara, Sunway Pyramid dan Johor Baru Square. J Co bahkan sedang bersiap-siap membuka cabangnya di wilayah Petaling Jaya, Malacca dan Penang. Kita memiliki potensi di dunia kuliner, yuk kita serang Malaysia dengan mengekspor sebanyak-banyaknya restoran dan masakan Indonesia ke sana. Pemerintah harusnya memberi kemudahan dan bantuan kepada pengusaha restoran Indonesia membuka cabangnya di Malaysia seperti restoran Dapur Sunda, Sambhara atau Ayam Goreng Suharti dsb.
Dalam soal budaya, lagu-lagu pop Indonesia merajai tangga lagu di Malaysia, lagu-lagu Agnes Monica, Rossa, Gigi, Letto, ST12, Peter Pan, Ungu dsb serta konser-konser mereka diserbu ribuan fansnya di KL. Kekhawatiran Pemerintah Malaysia makin berjayanya musik-musik Indonesia kemudian memberlakukan larangan radio-radio di Malayisa untuk menyiarkan lagu-lagu Indonesia dibawah jam 10 malam. Rumah-rumah di Malaysia yang memiliki parabola dan televisi kabel lebih memilih acara-acara dan sinetron di televisi Indonesia. Bahkan sinetron-sinetron yang masih dibintangi Jeremy Thomas dire-run di TV3 dan amat digemari masyarakat Malaysia. Generasi muda Malaysia berkiblat ke Indonesia dalam hal bermusik. Mari kita serbu Malaysia dengan budaya pop Indonesia dan jejali generasi muda Malaysia agar mencintai buatan Indonesia.
Universitas dan sekolah International berkembang pesat di Malaysia sehingga salah satu daya tarik bagi masyarakat Indonesia adalah bersekolah di Malaysia selain negara serumpun sehingga bahasa dan makanan bukan kendala, bersekolah di Malaysia jauh lebih murah dibanding di Australia, USA atau Eropa. Tahukah anda, ada 300 dosen dan peneliti terbaik Indonesia yang kini bekerja di Malaysia ? Ada 2 alasan mengapa mereka mengabdikan kelimuannya di Malaysia. Pertama, lingkungan akademik dan penelitian yang lebih kondusif dibandingkan di Tanah Air. Lingkungan kondusif yang dimaksud adalah kebebasan untuk mengembangkan kemampuan akademik dan penelitian karena ditunjang oleh fasilitas, akses jurnal yang luas, dan dukungan dana yang cukup besar. Kedua, kenyamanan bagi diri sendiri dan keluarga. Misalnya, kalau di Jakarta kondisi kemacetan yang sudah cukup parah, kepadatan, seringkali mempengaruhi jadwal kerja dan privasi mereka untuk bisa berkumpul dengan keluarga tepat waktu. Dan gaji yang diperoleh dari pekerjaan lebih baik dari Indonesia jadi tidak perlu lagi cari sampingan. Meskipun sedih mendapati kenyataan bahwa orang-orang pintar Indonesia dibajak oleh Malaysia, Pemerintah seyogyanya melepaskan mereka dengan membekali mereka dengan kecintaan pada Tanah Air dan lewat tangan mereka, penuhi generasi muda Malaysia dengan kecintaan pada Indonesia.
Kita jangan kecil hati jika Malaysia melestarikan budaya wayang kulit, reog ponorogo, angkung, tari bali, batik anggap saja budaya Jawa dilestarikan di Sumatera atau sebaliknya. Kita kadang lupa saking banyaknya budaya kita sampai-sampai kita lupa bagaimana melestarikannya sedang Malaysia meskipun tidak punya tapi menyadari bahwa budaya-budaya yang dibawa oleh kaum migran pantas juga dilestarikan. Kalau kita lihat Batik, sudah lama batik Malaysia tumbuh di Malaysia bahkan penggunaan batik sehari-hari dilakukan oleh Malaysia jauh sebelum Indonesia ‘sadar batik’. Wayang kulit juga bukan satu-satunya budaya Indonesia, wayang baik wayang orang, kulit atau golek sebenarnya tradisi hinduisme yang dibawa oleh penguasa Hindu Sri Wijaya di abad ketujuh dan kesenian itu menyebar di Langkasuka (Kedah), Palembang, Batavia dan Temasik. Tapi yang hebat dari Malaysia, mereka tahu bagaimana melestarikan dengan membuat inkubator pelestarian budaya dan mengeksposnya keluar negeri. Kalau dilihat, kan budaya Malaysia tidak banyak hanya berdasarkan etnis yang hidup disana seperti etnis cina, etnis, india, etnis melayu. Kebudayaan asli Malaysia yang mereka banggakan hanya budaya Melayu dan budaya Borneo. Kita juga jangan mempermasalahkan Rendang yang aslinya dari Padang muncul dan berkembang di Malaysia apa bedanya dengan rendang yang muncul di Tatar Sunda dan rendang di daerah Jawa ? Lagu Rasa Sayange yang tumbuh dan berkembang di negara serumpun ketika muncul di iklan pariwisata Malaysia ; Trully Indonesia sempat membuat kita seperti kebakaran jenggot. Biarkan budaya kita berkembang di Malaysia, itu akan melemahkan Malaysia sebagai negara berdaulat.
Jika TKW tetap dikirim ke Malaysia, kan kebanyakan TKW di Malaysia adalah menjaga anak di rumah sementara orang tuanya bekerja. Pemerintah seharusnya mendidik calon TKW yang akan dikirim ke Malaysia untuk mempertebal kecintaan pada tanah air. Tugas utama TKW adalah membekali generasi penerus itu kecintaan akan Indonesia.
Jika semua itu dilakukan tanpa harus mengganyang Malaysia secara patriotik atau secara militer, kita lihat dalam 20-30 tahun ke depan nasib Malaysia ada di tangan kita! Generasi penerusnya akan mencintai Indonesia dibanding negaranya sendiri. Percaya itu!
Sekali lagi ini ini adalah opini saya, tidak ingin menimbulkan polemik dan pertentangan. Selamat bekerja!