Malam ini saya menonton Sinema 20 Wajah Indonesia dari Sukabumi saat berkunjung dan menengok buah hati saya. Ditengah udara dingin saya mencoba merangkum tayangan ini dan saya persembahkan untuk anda. A Seng (Fandy Christian) adalah generasi kesekian dari penjual bakpao. Mengambil gambar di Kota Singakawang, film ini memang memotret budaya tionghoa di kota Amoy tersebut. Film ini mengambil tema tradisi Kimpoi kontrak Amoy Singkawang dengan pria-pria Taiwan. Di Taiwan pria-pria Taiwan sangat sulit menemukan jodoh karena perempuan-perempuan Taiwan tidak ada yang mau menjadi ibu rumah tangga. Itu sebabnya pria-pria mencari perempuan Singkawang yang terkenal cantik dan penurut untuk dijadikan istri kontrak. Para perempuan yang menikahi pria-pria Taiwan itu disebut Amoy.
Lani (Nenni Anggraeni) yang terlebih dahulu berhasil di Taiwan mendirikan Biro Kasmaran untuk menyalurkan perempuan-perempuan Singkawang ke Taiwan menemukan jodohnya. Dibantu oleh keponakannya A Seng, Lani melakukan pencarian. Apa (panggilan Ayah) yang diperankan dengan baik oleh Didi Petet menentang rencana A Seng untuk mengadu nasib di Taiwan. Apa yang besar kecintaannya pada tanah Singkawang terus bertengkar dengan anaknya. Apa yang memiliki luka masa lalu itu menentang orang-orang Singkawang mengadu nasib ke Taiwan termasuk Lani adiknya yang sudah berhasil menikahi seorang pria Taiwan kaya.
Banyak masyarakat tionghoa Singkawang berfikir bahwa Taiwan adalah tanah lelulur mereka namun perbedaan ekonomi yang jauh berbeda membuat banyak orang Singkawang bemimpi hijrah dan berbisnis di Taiwan. Banyak masyarakat Tionghoa Singkawang hidup miskin sehingga Taiwan dianggap sebagai tanah impian namun karena Taiwan sudah menjadi negara maju, para pria Taiwan sulit menemukan calon istri yang penurut dan mau mengurus rumah tangga, itu sebabnya banyak pria Taiwan mencari Amoy ke Kota Singkawang.
A Seng memilih Ping-ping (Metta Permadi) sahabatnya sebagai calon Amoy meski belakangan A Seng yang diam-diam mencintai Ping-ping menyesalkan keinginan Ping-ping menjadi Amoy. Rupanya sikap Apa yang menentang dan membenci Taiwan karena kemiskinannya yang pernah melilit kehidupan mereka menyebabkan dulu Apa ‘menjual’ istrinya menjadi Amoy ke Taiwan. A Seng akhirnya faham apa penyebab kebencian Apanya pada Taiwan. Abu Amanya yang dikirim bersama surat terakhirnya akhirnya disebar di Sungai Singkawang agar kembali bersatu dengan tanah kelahirannya. Kemiskinan memang menyakitkan, demikian kata mendiang Ama di suratnya. A Seng yang mencintai Ping-ping akhirnya berusaha mencegah kepergian Ping-ping yang bertekad menjadi Amoy ke Taiwan demi melepaskan hidup Ibu dan adik-adiknya dari kemiskinan. Ping-ping berharap dengan uang tebusan dari pria kaya Taiwan Ibunya bisa memulai bisnis kecil-kecilan dan menghidupi adik-adiknya yang banyak. Meski akhirnya Ping-ping melarikan diri dari Taiwan dan bekerja keras untuk mengumpulkan uang demi bisa kembali ke Singkawang. A Seng memutuskan tetap hidup di Singkawang dan membesarkan warung bakpao Apanya yang kemudian dinamainya, Bakpao Ping-ping.
Singkawang memiliki potret kemiskinan panjang, sudah banyak para perempuan Singkawang mengadu nasib dan melepaskan diri dari kemiskinan dengan kimpoi kontrak dengan pria-pria Taiwan. Dan film Bakpao Ping-ping lewat skenario karya sahabat saya Lintang Wardhani mampu memotretnya dengan baik.
Sebenarnya film ini pernah juga ditayangkan oleh SCTV dengan judul berbeda, Wo Ai Ni yang diperankan oleh Leony dan sama seperti film ini, Wo Ai Ni dibesut oleh Viva Westi juga.
Bagaimana menurut anda tayangan Sinema 20 Wajah Indonesia kali ini ?
Pemain : Fandy Christian, Metta Permadi, Didi Petet, dra. Nenni Angraeni.
Sutradara: Viva Westi
Penata Sinematografi: Zoel F. Zolla,
Penata Artistik: Frans FX. Paat
Editor: St. Ahmad Idrus JM
Skenario: Lintang Wardhani