14
Jun
10

Bagaimana Public Relations membantu generasi muda menghargai sejarah ?

Tantangan :
Bagaimana membuat sebuah sejarah perang yang terjadi hampir satu abad yang lalu hari ini relevan dan tetap dikenang dan dihargai generasi penerusnya ?
Amerika mempunya sejarah perang yang panjang terutama keterlibatannya dalam Perang Dunia 1 dan 2. Mengenang sejarah perang bukan saja dilihat dari kemegahan serta kelengkapan sebuah museum perang namun bagaimana generasi penerusnya menghargai semangat kemanusiaan yang terkadung didalamnya.


Pada tahun 1918, warga Kota Kansas mengumpulkan dana US$ 2,5 juta dalam tempo 10 hari untuk membangun sebuah tugu peringatan perang dunia untuk mengenang keberanian  pejuang yang berkorban untuk negaranya. Selesai pada tahun 1926, Liberty Memorial kemudian menjadi ikon Kota Kansas. Pada tahun 2004, masyarakat Kota Kansas menyetujui untuk membangun The Nasional World War I Museum di komplek Liberty Memorial. Kemudian, pada tahun 2006, museum siap diluncurkan untuk membuka mata dunia akan kontribusi Kota Kansas pada masa perang dunia ke-1. Museum tersebut dibangun untuk menceritakan kisah-kisah “The Great War” dan “War to End all Wars” selain museum tersebut adalah proyek terbaru Ralph Appelbaum, perancang museum yang unggul di dunia saat ini.

Dari hasil survei online ditemukan fakta ada 2 hal yang memotivasi masyarakat berkunjung ke sebuah musem yaitu koleksi artefak berkelas dunia dan bagaimana museum bisa menggambarkan perang dari para saksi sejarah. 3 pesan kunci penting kemudian diangkat dari hasil survei yaitu experience, learn dan honor. Mereka kemudian mengembangkan 3 pesan kunci tersebut untuk membuat sebuah story line yang menarik bagi media dan kaitannya dengan grand opening museum agar masyarakat yang ingin memahami pengalaman di masa perang Perang Dunia I, belajar tentang peran Amerika dan 36 negara sekutunya dan menghormati orang-orang yang berjasa. The National World War I Museum menyajikan berbagai informasi perang dengan teknologi interaktif mutakhir dan memiliki koleksi artefak terbesar di masa perang dunia I. Sebelumnya mereka mulai menguji beberapa pilihan logo yang tepat yang bisa mewakili museum tersebut. Ada 7 pilihan konsep logo yang mulai disurvei, logo mana yang dianggap paling tepat. Seluruh masyarakat Kansas diajak terlibat, dan pilihan jatuh kepada logo ‘parit vertikal’ karena dianggap paling tepat dan paling disukai mereka yang disurvei. Dari hasil survei teridentifikasi bahwa kaum pria umumnya datang ke museum untuk edukasi sedang kaum wanita umumnya datang berkunjung bersama keluarga dan anak-anak untuk mencari hiburan.

Kegiatan public relations dimulai dari desain logo yang sesuai untuk The National World War I Museum dan mengembangkan pesan kunci. Kunjungan Ralp Appelbaum di bulan Mei 2006 ke Kansas City dijadikan momen baik untuk wawancara media lokal dan presentasi ke kelompok masyarakat sipil. Sarana promosi berupa interview dengan Ralph Appelbaum dan Jendral Steve Berkheiser sebagai spokeperson berdurasi 6 menit dibuat lengkap dengan fasilitas museum serta  arsip rekaman perang dunia I. Pembuatan media kit elektronik terdiri dari materi media dan elemen visual museum.  Kampanye media gencar dilakukan untuk media lokal, regional, nasional dan internasional dilakukan di awal bulan Juli diikuti dengan putaran kedua pada bulan Oktober dan November. Media tour dilakukan untuk media nasional yang ingin berkunjung ke museum dan kota Kansas. Membuat b-roll 5 menit untuk kepetingan siaran langsung dan media tour pada tanggal1 Desember dengan menampilkan Ralph Appelbaum dan Jendral Steve Berkheiser.

Grand Opening The National World War I Museum dibuat dalam 3 acara berbeda :
1. Kamis, 30 November 2006, sebuah forum bersama dengan Ralph Appelbaum dan sejarawan terkenal di dunia, Sir John Keegan, memberikan sejarah perspektif Perang Dunia I dan relevansi modern dan pentingnya museum. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 250 orang.
2. Jumat, 1 Desember 2006,  sebuah acara pengumpulan dana bagi museum. Lebih dari 350 tamu termasuk para donor, sahabat museum baik kalangan sipil maupun politisi dan para pebisnis. Acara mampu mengumpulkan dana lebih dari US$ 200.000.
3. Sabtu, 2 Des 2006, upacara dan peresmian museum ini terbuka untuk umum, dengan pidato dari tokoh  lokal, negara bagian, nasional maupun tokoh internasional. Acara dituutup dengan pelepasan burung merpati. Lebih dari 750 orang menghadiri upacara pembukaan tersebut.

Berhasilkah mereka ?

Berita pembukaan The National World War I Museum meluas hingga daerah dengan cakupan regional, nasional dan internasiona, menjadikannya sebagai obyek wisata wajib kunjung. Pembukaannya mendapat  lebih dari 153 juta media impression media cetak termasuk The Wall Street Journal, New York Times, Chicago Tribune, Christian Science Monitor dan feature article dari Associated Press sampai ke sedikitnya 70 surat kabar di dunia dan ratusan microsite menampilkan cerita tentang The National World War I Museum. Berita pembukaan menghiasi halaman depan media nasional seperti  USA Today, Newsweek, Los Angeles Times, St Louis Post Dispatch dan Chicago Tribune, The Kansas City Star. Tidak ketinggalan media perjalanan wisata seperti  AARP Magazine, AAA Midwest Traveler, Southwest Airlines Spirit, Majalah History Channel dan Arthur Frommer’s Budget Travel.
Berita pembukaanpun mendapat liputan dari lebih dari 18.5 juta media impression media  televisi seperti  ABC “World News Tonight  with Charlie Gibson”, Fox & Friends dan Weather Channel. Selain itu pembukaan museum mendapat liputan dari  NPR, CBS dan jaringan radio CNN yang direlay kembali oleh 1.300 stasiun radio seluruh  dunia.
Dan bagaimana antusiasme serta dukungan publik pada kehadiran museum ini ?  Sejak museum dibuka, museum mendapat pujian baik dari pers maupun dari publik.  Pada bulan Desember 2006 dan Januri 2007 museum mendapat kunjungan dari  32.637 orang melebihi dari tingkat kunjungan ke Liberty Memorial dalam 12 bulan terakhir. US$ 184.780 terkumpul dari hasil penjualan tiket masuk dan merchandise melebih penjualan dari 12 bulan sebelumnya. 51% dari pengunjung datang dengan mengendarai kendaraannnya 0-20 mil untuk berkunjung ke museum dan 26% mengendarai kendaraan lebih dari 60 mil. 96% dari pengunjung yang disurvei mengatakan mereka akan kembali ke museum dan 97,7% mengatakan mereka akan merekomendasikan museum tersebut kepada teman, keluarga, dan rekan kerja.

Jadi siapa bilang sejarah perang yang direkam dalam sebuah museum tidak mempunyai daya tarik bagi masyarakat banyak, tergantung bagaimana keinginan untuk membuat kegiatan public relations yang tepat.

Selamat bekerja!


0 Responses to “Bagaimana Public Relations membantu generasi muda menghargai sejarah ?”



  1. Leave a Comment

Leave a comment